Langsung ke konten utama

surat untuk bapak dan ibu

kepada bapak dan ibu
di rumah

seperti biasa, anakmu ini tiga minggu sekali akan pulang ke semarang menjenguk bapak ibu, oki, mamah mertua. dan itu adalah besok sabtu, InsyaAllah.

kemaren, ada kejadian yang terjadi dan mengkhawatirkan bapak ibu, meskipun saya merasa baik baik saja, tapi sungguh tidak disangka bapak begitu khawatir hingga meyakinkan ibu untuk pergi menengok saya di lampung. 


sejenak saya menahan nafas saat bapak menelepon untuk menanyakan keadaan sambil bilang kalau lebih baik mereka datang saja ke lampung karena khawatir dengan keadaan saya. dimata mereka, ternyata selamanya saya adalah anak mereka yang masih selalu butuh perhatian. padahal saya sudah 27 tahun dan sudah menikah, kejadian sederhana seperti ini juga bukan sekali ini saja terjadi pada saya, jadi di telepon saya bilang kalau mereka tidak perlu sampai ke lampung.


jadi inget jaman kecil dulu, waktu akhir masa sekolah, bapak ibu akan datang ke sekolah berdua untuk ambil raport dan konsultasi dengan guru. padahal mereka berdua bekerja, tapi disempat2in untuk datang ke sekolah. atau kalau bapak dikabarin saya lagi sakit di sekolah, pasti langsung datang dan menjemput saya trus menunggui di rumah sampai ibu saya pulang baru balik lagi ke kantor.

sungguh, setiap detik di kehidupan saya, sejak kecil, sangat bersyukur dilahirkan dari orang tua yang berlimpah kasih sayang dan perhatian pada saya dan adik saya. entah bagaimana cara membalasnya, materi tentu tidak sebanding dengan apa yang telah dan masih mereka berikan untuk kami, anak-anaknya.


maka hanya doa, yang bisa saya berikan saat ini, semoga bapak-ibu diberikan kesehatan & keberkahan menjalani sisa usia. semoga Allah masih memberi saya kesempatan untuk merawat bapak-ibu, menemani dan memberikan segala yang bisa diberikan untuk menyenangkan hati bapak ibu. dan tentu saja semoga Allah menyayangi bapak-ibu sama seperti bapak-ibu menyayangi kami, anak-anaknya

aminn ya rabb


Komentar

Allisa Yustica Krones mengatakan…
Bener Dit, di mata orang tua, kita masih teuteup anak kecil mereka, bahkan sama aku yang udah punya anak pun, tetep aja khawatir tingkat tinggi kalo denger ada apa-apa.

Beruntunglah kita karena punya orangtua yang selalu memperhatikan kita ya Dit :)
mbak_tiyak mengatakan…
iya so much lucky of us ^^
ainuq mengatakan…
Alhamdulillah atas karunia orangtua yang penuh kasih sayang pada kita ya Mba...bener banget, aku juga seringkali berfikir, dengan begitu banyak bukti cinta orangtua kepada kita, kita mungkin tak dapat membalasnya secara sempurna. Semoga orangtua kita senantiasa dilindungi oleh Allah Swt ya Mba...amin...

Wuihhh...beneran 3 minggu sekali Mba ke Semarang? apa ngga cape dijalan?
mbak_tiyak mengatakan…
@mrs nuki : iya 3 minggu sekali balik smrg, capek sih gak terlalu wong naik pesawat, cuman capek di kantong ajah hiksss

Postingan populer dari blog ini

Setahun kemarin

Diujung jalan itu Setahun kemarin, Kuteringat, Kumenunggumu Bidadari belahan jiwaku Mei 2015 Udah cuti hampir 2 minggu di 38w kehamilan, tapi jabang bayi tak kunjung menampakkan tanda-tanda mau brojol. Inilah saya, si ibu hamil yang penampakannya udah kayak dugong tiap hari jalan hampir sekilo, jongkok-jongkok di kamar mandi, ngepel kayak inem demi mendapatkan kontraksi dan bukaan tapi apa daya, hasilnya nol kosong. Tiap ke dokter kandungan selalu dirogoh dan katanya :  “belum masuk panggul bu bayinya, tulang panggul ibu sempit nih”.  Hehh whatttt, pinggul segini gedenya kok bisa tulang panggulnya sempit, hufttt sungguh tidak matchingggg. Time is ticking dan bumil yang belum berpengalaman ini sungguh panik karena sampe 41w, jabang bayi masih belum masuk panggul. Sementara udah ada kayak pipis-pipis rembes dan dicek kontraksi udah 10 menit sekali. Dan yang paling bikin ngga tahan adalah bolak balik dicek dalem karena bidan, dokter mau mastiin udah masuk pang

banggalah dengan budaya sendiri

abis baca postingan mbak ira di sini tentang tarian tradisional, tiba tiba aja kepikiran untuk membuat posting tentang kebudayaan daerah. saya sendiri lahir dan besar di semarang,jawa tengah meskipun orangtua saya dari jawa timur..jadi dari kecil saya tahunya kebudayaan jawa tengah deh. sebetulnya saya bukan berasal dari keluarga seni dan budaya. tidak ada satupun dari keluarga saya yang berkecimpung di dunia seni dan saya juga tidak secara langsung menggumuli terjun di dunia seni dan budaya daerah ini.

ini mungkin yang dinamakan jodoh

hihihiii tiba tiba aja kepikiran buat nulis tentang cerita kami, saya dan oki suami saya. bagaimana kami saling tau, kenal, bertemu dan akhirnya kawin menikah. ceritanya lucu lo (promosi) dan kalau dipikir pikir sekarang...kok bisa ya..aneh ya..padahal kan dulu begitu ya..bagaimana mungkin tuh..yahh kalau kata orang sih namanya juga jodoh heheuu..