“panjang!..panjang!!”
teriakan kondektur bus itu menghentikan
percakapan kami, saya dan dua orang teman sekantor yang pagi itu ketinggalan bus jemputan
sehingga dengan terpaksa harus naik angkutan umum untuk bisa sampai ke kantor. Kami
pun akhirnya memutuskan untuk naik bus itu.
Baru saja kaki kiri melangkah masuk ke dalam
bus, bapak supir sudah menginjak gas
untuk menjalankan bus, untung tangan sudah kokoh berpegangan kalau tidak
mungkin saya akan jatuh terdorong ke lantai bus, fiuhh. sejurus kemudian, mas2 kondektur
mengarahkan saya ke kursi yang kosong.
Kursi itu deretan ke tiga dari depan, di sebelah saya sudah duduk seorang pelajar perempuan. Di depan, bapak supir
terlihat santai menjalankan bus dengan kecepatan sekitar 40 km/jam sambil
merokok, lumayan pelan jalannya
bus ini, mungkin sedang mencari tambahan penumpang.
Bus ini dari luar berwarna oranye, trayeknya
terminal rajabasa-terminal panjang, kondisinya mengenaskan, selain eksteriornya
yang kurang sedap dipandang (sudah
banyak besi-besi yang mengelupas) , interiornya tak kalah parahny, debu dimana-mana
pleus karat yang menempel di besi-besi kursi, jendela dan pegangan tangga.
Dalam setengah jam perjalanan saja telapak tangan saya yang berpegangan ke
kursi depan, sudah berubah warna menjadi kuning, bekas karat yang menempel.
Tapi bapak supir nampaknya berusaha menjadikan bus itu bernuansa romantis
dengan menambahkan korden berwarna hijau tosca di depan bus dan beberapa
tangkai bunga plastik berwarna pink di sudut sudut jendela depan bus. aksesoris
yang nampak kurang serasi dipadukan dengan kondisi bus yang kurang terawat.
Bus berjalan terhuyung huyung, membuat para
penumpang bergoyang ke kiri dan ke kanan terkadang harus terlompat dari kursi
karena mengikuti gerakan bus. jalan yang tidak rata bahkan berlubang di sana
sini membuat bus dan truk serta kendaraan lain yang melintasi jalan itu harus
berjalan pelan-pelan dan menghindari lubang. Tidak heran bus-bus ini kondisinya
sangat parah karena tiap hari harus melewati medan seberat ini.
Jalan ini bukan jalan kota, melainkan jalan
alternatif untuk kendaraan-kendaraan macam bus atau truk yang trayeknya antar
kota antar propinsi. Kasihan kalau melihat motor atau mobil yang melewati jalan ini.
Seperti juga kondisi bus, kondisi jalan ini tidak kalah mengenaskannya. Kalau
musim kemarau, kotor, berdebu dan panas, sedang kalau musim hujan akan banjir akibat
sanitasi yang tidak lancar, tersumbat karena banyaknya sampah di saluran air. Ada hal
yang membuat saya heran, di pinggir-pinggir jalan ini banyak rumah makan, eh
bukan hanya rumah makan yang besar dengan tempat parkir yang luas, tapi juga
warung-warung kecil yang benar-benar ada di pinggir jalan yang berdebu dan
kotor itu. Sejenak saya
membayangkan masakan yang ditata di piring-piring itu entah sudah dihinggapi
berapa juta lalat dan sudah berapa banyak debu yang menempel disitu. Memang di jalan ini banyak dilewati truk yang melintas sehingga pasti banyak juga sopir truk yang akan mampir untuk istirahat dan makan di
warung-warung itu. Sungguh kasihan mereka, tidak punya pilihan untuk
mendapatkan makanan yang bersih di daerah ini.
Kembali ke situasi dalam bus, sepanjang mata memandang, rata-rata penumpang bus
ini adalah pelajar dan PNS, mereka tentunya sedang perjalanan menuju sekolah
dan kantor mereka. Para pelajar turun
serentak di depan sekolah mereka, begitu juga dengan pelajar yang duduk di
sebelah saya. Kemudian saya bergeser ke tempat duduk yang dekat dengan jendela,
membuka jendela tersebut karena tidak tahan dengan asap rokok dari bapak
supir. Kursi di sebelah saya kemudian diduduki oleh bapak-bapak. Alhamdulillah,
saya bersyukur bapak-bapak itu tidak merokok, saya jadi agak menikmati
perjalanan naik bus ini meskipun bus masih bergoyang-goyang jalannya melewati
jalan berlubang.
Sebenarnya pemandangan di sepanjang jalan ini
bagus loh,
sangat bagus malahan. Dari arah kalibalok dimana saya naik bus tadi, jalan yang
ditempuh akan menanjak di sebuah bukit. Dari atas puncak bukit tersebut, akan terlihat
pemandangan kota lampung dan pantainya yang indah. Kemudian ke depannya lagi, ada bukit yang lumayan tinggi, yang
kalau habis hujan, ada air terjun nampak dari celah-celah tebing. Sungguh pemandangan alam yang bisa dinikmati
secara gratis hanya dengan melewati jalan ini. Sayangnya, semua pemandangan indah tersebut menjadi tidak ada artinya tertutupi oleh kenyataan kondisi jalan yang tidak layak sama sekali untuk dilewati. Saya menduga semua orang yang melintasi jalan itu bukannya terkesima
melihat pemandangan tapi justru sibuk mengumpat kondisi jalan itu. Termasuk juga saya, ingin
rasanya segera sampai ke tujuan tanpa melewati jalan ini.
Komentar
Dan, aku adalah salah satu warga Lampung yang sering melewati jalan lintas Sumatera ini, yang selalu sulit menikmati indahnya pemandangan sebagaimana yang Mba ceritakan, justru malah terjebak dalam keluhan:(
semoga segera diperbaiki dengan begitu keindahan disana kana dapat dinikmati...
kunjungan pertama
salam kenal dan follow balik juga
Revolusi Galau
@adang muhammad : iya memang sangat amat disayangkan, makasih ya atas kunjungannya insyaallah nnti di follow balik :)